Skip to Content

Dari Ruang Sidang ke Jantung Jaringan: Kisah Kepemimpinan Adistya Kristianto di BNI Indonesia

Setiap pemimpin besar lahir dari keberanian untuk membangun persatuan dalam wilayah yang belum pasti. 

Bagi Aditya Kristianto, perjalanan itu dimulai bukan dari dunia bisnis, melainkan ruang sidang. Sebagai lawyer sekaligus Senior Launch Director (LDC) yang disegani di BNI, Aditya terbiasa memandang segala sesuatu dengan logika dan bukti. Namun, justru dari dunia hukum itulah ia menemukan makna baru tentang kolaborasi, jejaring, dan kepemimpinan.

“Sebagai pengacara, saya tahu kami tidak boleh beriklan secara hard-selling. Karena itu, saya mencari cara untuk memperluas network, dan BNI menjadi tempat yang tepat untuk itu,” ungkap Adistya mengenal awal mula perjalanannya. Yang awalnya sekadar mencari jejaring, perlahan berubah menjadi panggilan untuk memimpin dan membangun sistem yang berdampak.

Sebuah Awal yang Mengubah Cara Pandang Kepemimpinan

Ketika pertama kali bergabung, Adistya mengaku sempat ragu. Ia melihat BNI sebagai organisasi bisnis yang jauh dari latar belakang hukumnya. Namun, semuanya berubah saat ia dipercaya menjadi Presiden Chapter BNI Amplify. Dari situ, ia menyaksikan sendiri bagaimana sistem referral BNI membantu para pemilik usaha bertumbuh bersama. 

“Awalnya saya pikir ini cuma soal networking. Tapi ternyata, BNI adalah sistem yang bisa bantu bisnis berkembang lewat kolaborasi yang nyata,” ujarnya.

Keberhasilannya memimpin Amplify membuatnya berani melangkah lebih jauh. Ia kemudian memimpin BNI Magnify, chapter yang dirancang khusus berisi para pengusaha muda dengan semangat tinggi. Dari sini, tantangan pun muncul, ia menargetkan Magnify untuk launch langsung di level Platinum, sesuatu yang belum banyak dilakukan saat itu.

Dengan tekad kuat dan semangat tim yang solid, target itu tercapai. Dari sanalah, Adistya dikenal sebagai sosok pemimpin yang berani menetapkan standar tinggi dan mengeksekusinya dengan disiplin. 

Namun, bagi Adistya, kepemimpinan bukan tentang pencapaian pribadi. Ia melihatnya sebagai tanggung jawab untuk melahirkan pemimpin baru.

“Saya tidak mau jadi pemimpin yang diandalkan terus. Saya ingin nurturing mereka sampai akhirnya mereka tidak butuh saya lagi,” tuturnya tegas. 

Pernyataan sederhana itu menggambarkan filosofi kepemimpinannya: memandirikan orang lain adalah bentuk tertinggi dari pemimpin. 

Menyatukan Banyak Pemimpin dalam Satu Visi

Membangun unity di antara para pemilik bisnis bukan perkara mudah. Setiap orang punya ego, cara berpikir, dan arah yang berbeda. Namun, Adistya percaya kuncinya ada pada clarity dan keteladanan. 

“Ketika saya memimpin tim, saya tidak mau hanya menyuruh. Saya harus ikut turun tangan. Karena kalau mereka tidak punya rasa hormat, tidak akan ada ketaatan,” katanya.

Ia menekankan pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka. Dalam setiap forum di Region North Jakarta, seluruh masalah diletakkan di atas meja untuk dibahas bersama. Fokusnya hanya dua: performa dan sikap. 

Pendekatan itu berbuah hasil. Dalam waktu hanya satu tengah tahun, BNI North Jakarta berkembang menjadi lima chapter aktif, dan kini tengah menyiapkan tiga chapter terbaru. Di setiap proses launch, Adistya hadir bukan untuk mengambil alih, tapi memastikan standar dan kualitas terjaga. Ia ingin setiap pemimpin yang muncul bukan hanya menjalankan sistem, tapi mampu menginspirasi dan mempersatukan. 

Baginya, kepemimpinan di BNI memiliki keunikan tersendiri. Ia melihat bahwa setiap orang di dalamnya adalah pemimpin, sehingga kekuatan sejati hanya bisa terbentuk jika semua berjalan dalam arah dan visi yang sama. Karena itu, ia terus menanamkan semangat kolaborasi, agar setiap chapter dan individu bergerak seirama. 

Ketika berbicara tentang misinya, Adistya menaruh harapan besar pada North Jakarta. Ia ingin wilayah tersebut dikenal sebagai region yang paling solid dan mampu berdiri mandiri. Bagi Adistya, kemandirian itulah bentuk nyata dari unity yang sesungguhnya. Bukan hanya bekerja sama, tetapi tumbuh bersama. 

Pelajaran dari Sebuah Kepemimpinan

Perjalanan Adhistya Kristianto dari ranah hukum ke arena kepemimpinan menegaskan bahwa leadership sejati terletak pada kemampuan menyatukan banyak hati menuju satu tujuan. Ia tak hanya melahirkan chapter baru, tapi juga menumbuhkan generasi pemimpin yang siap membangun, bukan bersaing.

Kisahnya mengingatkan kita bahwa setiap pemimpin sejati tidak lahir dari ambisi pribadi, melainkan dari keinginan untuk memberi dampak. Dan mungkin, dari setiap langkah kecil yang kita ambil  hari ini, seperti menyapa rekan, berbagai pengalaman, atau membantu satu tim bertumbuh, di situlah awal terbentuknya unity yang sesungguhnya.

Sebab, esensi kepemimpinan bukanlah tentang menjadi yang paling menonjol, melainkan menjadi sosok yang mampu memberdayakan orang lain untuk maju bersama.


Share this post
Tags
Sign in to leave a comment
Peran Penting AI dalam Transformasi Digital untuk Membantu Bisnis Bertumbuh